INFORMASI TERKINI
  • 7 bulan yang lalu / Dapatkan Informasi Kegiatan Terupdate Masjid Agung Sunda Kelapa Dapat di Akun Instagram (@masjidagungsundakelapa)
WAKTU :

HIKMAH NASIHAT : NIKMAT KEMERDEKAAN (Prof. Dr. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag.)

Terbit 21 Agustus 2023 | Oleh : Reno Fathur | Kategori : HIKMAH NASIHAT
HIKMAH NASIHAT : NIKMAT KEMERDEKAAN (Prof. Dr. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag.)

Full Video : https://www.youtube.com/live/1jBea5NwU1s?feature=share&t=2930

NIKMAT KEMERDEKAAN

Jum’at, 18 Agustus 2023 – Khutbah Jum’at pekan ini disampaikan oleh Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag., Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama RI, dengan tema “NIKMAT KEMERDEKAAN” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

Beliau menyampaikan bahwa manusia hidup tak akan bisa lepas dari sejarah masa lalu dan masa kini. Sebuah negara atau bangsa tanpa sejarah hanyalah seperti badan tanpa ruh, atau mobil tanpa mesin. Prinsip hidup seorang Muslim yang baik, jangan sampai terjatuh dua kali di lubang yang sama. Orang yang tidak mengerti atau melupakan sejarah bangsanya dan tidak menyadari pesan di balik peristiwa sejarah, akan mudah terjatuh dan terjerembab ke dalam kesalahan, dua kali atau bahkan berkali-kali. Itulah mengapa hari-hari ini, sebagai bangsa kita perlu mengenang kembali detik-detik proklamasi kemerdekaan.

78 tahun yang lalu, para pejuang pendiri bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di hari agung yang disebut sayyidul ayyâm, mereka berikrar, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah, menyatakan bebas dari segala bentuk penjajahan. Hari jumat adalah hari istimewa. Di situ Allah selipkan dan sembunyikan waktu yang mustajab. Bila doa dan ketulusan hati seseorang berjumpa dengan saat tersebut berjuta kebaikan akan terlimpahkan.

(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ أَبُو القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فِي الجُمُعَةِ سَاعَةٌ، لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي، فَسَأَلَ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ»  (صحيح البخاري

Dengan spiritualitas yang tinggi, para tokoh bangsa sadar betul, pekik merdeka yang diiringi gema takbir akan mendatangkan kebaikan dalam perjalanan bangsa ke depan. Apalagi, jumat saat kemerdekaan diproklamirkan, bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, di saat umat Islam sedang berpuasa. Dalam suasana jiwa yang pasrah, mereka berserah diri seraya bersyukur atas nikmat kemerdekaan. Oleh karenanya, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat suatu pengakuan yang rendah hati dan penuh rasa syukur bahwa kemerdekaan Indonesia bisa dicapai “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”.

Pengakuan ini mencerminkan sikap religius para pendiri bangsa. Dalam pergulatan panjang dengan berbagai kesulitan, kemelaratan dan penderitaan mereka merasakan betul makna kehadiran, perlindungan dan kasih sayang Tuhan. Tanpa pertolongan dan perlindungan Allah tidak mungkin bambu runcing mengalahkan senjata modern. Tanpa pertolongan Tuhan Yang Mahakasih, al-rahmân al-rahîm, kemerdekaan Indonesia tak akan bisa lahir di tengah jeda pendek peralihan kekuasaan menyusul kekalahan Jepang atas Sekutu, di tengah cengkeraman kekuatan mesin-mesin persenjataan Perang Dunia II.

Kenyataan ini sangat dihayati oleh para pendiri bangsa. Oleh karenanya, perjalanan bangsa ini tidak bisa dilepaskan dari peran agama. Pembangunan yang mengabaikan peran agama dan ulama sebagai penyokong agama hanya akan menyengsarakan bangsa ini, karena bertentangan dengan jati diri bangsa. Maka, sungguh ironis, bila kemerdekaan yang dijiwai oleh semangat religius dan spiritualitas yang tinggi, diperingati setiap tahunnya dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Tak ada kebahagiaan tanpa kemerdekaan. Peradaban gemilang manusia hanya bisa diwujudkan bila individu-individunya merdeka. Tentunya, bukan hanya sekadar merdeka yang diinginkan oleh para pendiri bangsa ini, tetapi bagaimana dengan kemerdekaan itu penghargaan terhadap kemanusiaan dijunjung tinggi. Itulah hakikat kemerdekaan.

Penjajahan telah menempatkan manusia dalam ketertindasan dan mengabaikan hak kemanusiaannya. Merdeka berarti memuliakan manusia dan kemanusiaannya. Maka, dengan suara lantang, pada alinea pembukaan UUD 1945 dinyatakan, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Dalam QS. Al-Isra: 70 Allah menyatakan telah memuliakan manusia, terlepas dari perbedaan agama, bahasa, suku bangsa dan warna kulit.

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا [الإسراء: 70]

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (QS. Al-Isra’ : 70)

Jauh sebelum manusia modern mendeklarasikan hak-hak asasi manusia, Islam telah bersuara lantang menentang segala bentuk penindasan yang mengekang kemerdekaan seseorang. Islam datang untuk memerdekakan jiwa manusia, agar lapang jalan menuju Tuhan. Dalam pandangan Islam, manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan merdeka, lalu dengan alasan apa ia diperbudak. Kebebasan adalah anugerah Allah sejak manusia terlahir. Inilah yang dipahami oleh Umar bin Khattab ketika dia mengatakan kepada Gubernur Mesir, Amru bin al-Ash, yang menjadi bawahannya, “mengapa kamu memperlakukan orang secara aniaya seperti budak padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka”.

Penjajahan adalah bentuk lain dari perbudakan yang mengekang kemerdekaan dan kebebasan. Merdeka dan bebas berarti tak ada rasa cemas. Itulah nikmat yang tiada tara. Apalah artinya merdeka bila hidup masih berada dalam kecemasan dan tekanan. Itulah mengapa, saat membuka negeri Mekkah, doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim adalah agar negeri tersebut dijadikan aman; bebas dari ancaman dan tekanan, dan penduduknya hidup sejahtera. Atas dasar pentingnya rasa aman, Allah jelaskan sifat Tuhan yang harus disembah, yaitu alladzi ath`amahum min jû` wa âmanahum min khawf.

Setelah 78 tahun merdeka, tentu masih banyak yang harus diperjuangkan; memerangi kebodohan, memberikan fasilitas sandang, pangan, papan, dan Kesehatan bagi mereka yang masih jauh kekurangan.

Pada khutbahnya juga beliau mengajak kita untuk mewujudkan dan mengisi kemerdekaan dengan kerja-kerja positif dalam membangun negeri. Dan, itu harus diawali dengan rasa cinta tanah air. Rasulullah telah memberikan keteladanan. Betapa cintanya ia kepada kota Mekkah, tempat kelahirannya, dan kota Madinah sebagai tempat ia mengembangkan dakwahnya. Cinta tanah air inilah yang akan membangkitkan semangat pengorbanan untuk mempersembahkan yang terbaik. Itulah bukti ungkapan rasa syukur yang terbaik atas nikmat kemerdekaan.

Pada akhir khutbah beliau menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang bisa dilakukan berdasarkan petunjuk Al-Qur`an,

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ [الحج: 41]

  • Pertama: memperkuat ketahanan mental spiritual yang disimbolkan QS. Al-Hajj: 41 dengan menegakkan shalat
  • Kedua: memperkuat ketahanan ekonomi dengan zakat sebagai penyangganya
  • Ketiga: penegakan hukum yang berkeadilan sebagai wujud konkrit amar makruf nahi munkar.
SebelumnyaPELATIHAN PEMULASARAN JENAZAH MASK : Mengubah Mindset Dalam Memuliakan Jenazah SesudahnyaINTERNATIONAL MUALLAF CENTER - MASJID AGUNG SUNDA KELAPA BERPARTISIPASI DALAM MUALLAF FEST 2023

Berita Lainnya