INFORMASI TERKINI
  • 7 bulan yang lalu / Dapatkan Informasi Kegiatan Terupdate Masjid Agung Sunda Kelapa Dapat di Akun Instagram (@masjidagungsundakelapa)
WAKTU :

KISAH HIDAYAH : GIAN CARLO, DULU PUTRA ALTAR SEKARANG DIREKTUR INTERNATIONAL MUALLAF CENTER

Terbit 29 September 2023 | Oleh : Reno Fathur | Kategori : IMC - International Muallaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa / KISAH HIDAYAH
KISAH HIDAYAH : GIAN CARLO, DULU PUTRA ALTAR SEKARANG DIREKTUR INTERNATIONAL MUALLAF CENTER

29 September 2023 – Kisah seseorang mendapatkan hidayah sungguh sangat beragam. Ada yang mendapatkannya dengan sederhana, ada pula yang mendapatkannya dengan perjalanan yang sangat panjang. Semuanya telah diatur oleh Allah SWT dengan hikmah-hikmah yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berfikir dan berupaya.

Begitupula dengan Consulta Gian Carlo Bianzon, seorang laki-laki yang lahir dan besar di Filipina sebagai seorang Katolik. Gian atau biasa dipanggil Ian, terlahir di keluarga penganut Katolik yang taat. Sejak kecil ia telah terbiasa mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja. Bahkan ia merupakan Putra Altar bersama saudaranya.

Podcast BWA, Hendrick - Host (Kiri) Gian Carlo (Kanan)

Podcast BWA, Hendrick – Host (Kiri) Gian Carlo (Kanan)

Putra altar atau misdinar (yang berfaedah ‘asisten misa’ dari Bahasa Belanda misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam ketika mengadakan Perayaan Ekaristi. Misdinar laki-laki disebut putera altar sedangkan misdinar puteri disebut puteri altar. Usia umum menjadi Misdinar atau putra-putri altar ialah 9 tahun usia SD sampai 20 tahun usia SMA.

Dalam konten podcast di kanal Youtube Badan Wakaf Al-Qur’an, Ian menceritakan kisahnya di studio BWA di Tebet, Jakarta Selatan, dari bagaimana ia mendapat kan ekposure tentang agama Islam, titik balik memutuskan untuk bersyahadat, hingga pada akhirnya menjadi seorang Direktur International Muallaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

“Moment saya pertama kali mengenal Islam, adalah ketika saya di Singapura, saat itu saya sering menemani teman-teman saya yang muslim untuk sholat Jum’at” ujar pria yang dulunya berkewarganegaraan Singapura itu.

But in that time, i just wait outside the Masjid (Tapi waktu itu saya hanya menunggu di luar masjid)” imbuhnya.

Hal tersebut berlanjut hingga Ian tinggal dan bekerja di Indonesia. Kehidupannya saat pertama kali hidup di Indonesia pada awalnya masih sangat bebas, kehidupan yang masih sangat condong kepada hal duniawi, dan tidak mementingkan hal spiritual. Hingga pada akhirnya ada momen yang membuat ia berfikir, tentang hal-hal yang ia lakukan dalam hidup dan seakan-akan kosong.

“Dulu terasanya harta yang didapat itu seakan hanya lewat saja, selalu digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, apalagi dulu ketika saya masih tinggal dan bekerja di Bali, Malam sering dihabiskan untuk nongkrong dan minum-minum” ujarnya sambil mengenang masa lalu”

Studio Podcast Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA), Tebet, Jakarta Selatan

Studio Podcast Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA), Tebet, Jakarta Selatan

Hingga ada sebuah momentum ketika ia tinggal di apartment di Jakarta. Di dalam lift ia berjumpa dengan seorang wanita muslimah, dan kemudian mereka saling berkenalan dan mulai berkomunikasi. Hingga kemudian menjadi semakin dekat dan mulai ada ketertarikan lebih dalam. Namun dengan tegas wanita itu menjelaskan bahwa jika ingin menjalani hubungan yang lebih lanjut maka tidak ada istilah pacaran dalam agama Islam, dan jika ia ingin serius maka ia harus bersyahadat dan menjadi muslim.

“Ok” itulah respon pertama yang disampaikan olehnya saat itu.

Ia kemudian mulai mempelajari tentang Islam lebih dalam. Namun dalam proses memahami Islam, mulai saat itulah Ian merasakan bahwa menjadi seorang muslim bukanlah syarat untuk mendekati seorang wanita saja. Mempelajari tentang Islam adalah sebuah proses untuk memahami tujuan dari kehidupan manusia dan juga tentang mengenal Tuhan yang menciptakan segalanya, yaitu Allah SWT. Akhirnya selama 1 Tahun, Ian mempelajari lebih dalam tentang Islam hingga pada akhirnya di tahun 2016 saat malam hari raya idul fitri, ia menetapkan hati untuk berikrar syahadat di Masjid Agung Sunda Kelapa.

My First Sholat is Sholat Idul Fitri (Sholat pertama saya adalah sholat Idul Fitri)” kenang pria kelahiran Filipina itu.

Salah satu hal yang menarik dalam kisah hidayah Ian adalah ketika ia memberitahu orang tuanya mengenai niatnya untuk memeluk agama Islam. Saat itu ia sudah mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan dari respon orang tuanya, apalagi orang tuanya merupakan pemeluk katolik yang taat. Namun saat ia menyampaikan niatnya, ibunya berkata “Ohh it’s okay“.

“Kupikir orang tua bakal marah dan tidak terima, tapi alhamdulillah orang tua juga merasakan hidup aku menjadi lebih terarah” kata ian

INTERNATIONAL MUALLAF CENTER

Proses setelah menjadi seorang muslim pun menarik. Ia bercerita bahwa setelah menjadi muslim tidak serta merta ia langsung menjadi baik. Proses belajarnya banyak dibantu oleh ayah mertuanya. Bahkan ia sempat salah memasuki forum agama, yang ternyata menjelaskan tentang pemahaman agama islam yang cenderung keras.

Dan pada akhir tahun 2022, ia ditunjuk oleh Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Bapak Setyanto P. Santosa untuk menjadi Direktur Muallaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa. Ia pun kaget dan bertanya-tanya “Kenapa saya ? ilmu agama saya masih sangat sedikit”.

Jawaban Ketua Dewan Pengurus adalah “Dalam lembaga muallaf center ini yang dibutuhkan adalah ilmu manajemen yang professional, untuk ilmu agama akan dibantu oleh para ustadz pembimbing muallaf di MASK”. dan akhirnya ia pun menerima amanat tersebut.

Langkah pertamanya adalah menjadikan Muallaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa sebagai Yayasan agar memiliki kekuatan hukum secara administratif negara. Ia pun mengurus administratif pendirian yayasan dengan nama “INTERNATIONAL MUALLAF CENTER – MASJID AGUNG SUNDA KELAPA”. Dengan melanjutkan program pembinaan muallaf dengan 4 materi dasar yang diajarkan oleh kurang lebih 8 orang pembina muallaf.

Ia juga aktif bersosialisasi dengan tokoh-tokoh muallaf nasional dan lembaga-lembaga muallaf, dengan menunjuk bagian Public Relation IMC-MASK, Ustadz M Reno Fathur Rahman untuk hubungan dan kegiatan eksternal. Dan membuat website untuk mempermudah akses secara digital para muallaf (www.imuallaf.id), harapannya adalah Indonesia menjadi tempat belajar bagi para WNA di seluruh dunia, oleh karena itu para pembina muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki kemampuan berbahasa Arab dan Inggris, agar jangkauan dakwahnya lebih besar.

Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan salah satu lembaga pembinaan muallaf yang memiliki kurikulum dan pola pembinaan yang sistematis. Pengembangan sistem juga selalu dilakukan. Untuk itu ia menjelaskan bahwa ke depannya akan ada program-program yang akan dikembangkan di IMC-MASK, seperti :

  1. Mencetak Buku Modul Materi Islam Dasar “MENGENAL ISLAM LEBIH DEKAT, Bersama Masjid Agung Sunda Kelapa”
  2. Melaksanakan Sertifikasi Pembina Muallaf guna penyetaraan standar
  3. Membuat Sistem Pre-Test dan Post-Test dalam proses pembinaan

SebelumnyaKHAZANAH ILMU : SEKILAS KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM (DR. KH. A. Nur Alam Bakhtir) SesudahnyaRISKA PEDULI MENGADAKAN PELATIHAN TANGGAP BENCANA BERSAMA RESCUER BASARNAS

Berita Lainnya